Sabtu, 15 Januari 2011

Pendakian ...

Suatu hal yang biasa terjadi pada awal-awal pendakian adalah rasa sesak di dada, pening karena belum lepas dari kantuk yang hebat menyerang serta perut kembung karena terlalu banyak angin pada saat itu. Angin terlalu kencang bertiup hingga seering membuat kami susah berjalan.
Seperlima perjalanan awal kami kenyang oleh angin dini hari. Jalan setapak terbatasi oleh kebun-kebun jagung penduduk yang kadang lebih rendah dari jalan setapak, jauuuh dibawah. Temanku menyebutnya kebun jurang, tetapi ada juga areal yang lebih tinggi sehingga seperti dinding dari jalan yang kami lalui.
Perdu, tanaman sejenis semak-semak yang tingginya sampai beberapa meter, menghutan di tubuh Sumbing. Demikian kemlandingan atau lamtoro membentuk hutan sendiri.
Kami berjalan dengan santai dan satu kesepakatan untuk tidak terlalu memaksakan mengejar fajar matahari di puncak Sumbing.Saat itu belum musim libur sekolah, maka tidak banyak pendaki-pendaki dari kelompok yang lain, hanya ada sekitar 20-an pendaki termasuk kami. Ini tentu menguntungkan, keleluasaan, ketenangan dalam mendaki bisa kami nikmati sepuasnya, Dini hari menjelang fajar, kantuk tak tertahankan lagi , udara makin mendingin, menggigilkan tubuh, angin masih bertiup cukup kencang. Kami sepakat untuk rehat sejenak dan tidur di hutan lamtoro cukup lama, karena medan selanjutnya adalah padang ilalang yang semakin menggigilkan tubuh kami karena terpaan anginnya, bila kami melanjutkan perjalan. Tidur cukup lama dan ...nyenyak .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar